Resensiadalah pertimbangan buku, pembicaraan buku, atau ulasan buku dengan bahasa yang agak mentereng, berarti membedah, menganalisa, dan mencari roh atau inti dari buku. (Keraf, 2001: 247). Dari dua contoh tersebut tentu bisa diketahui bahwa semua unsur catatan tubuh diletakan di dalam tanda kurung..
FilmHafalan Shalat Delisa (HSD) merupakan adaptasi dari novel terlaris karya Tere Liye. Judul filmnya sendiri sama dengan judul novelnya, tak ada perubahan sama sekali. Film dimulai dengan adegan kakak beradik, Fatimah, Aisyah, Zahra dan Delisa di dalam kamar pada waktu subuh.
ResensiNovel "Hafalan Shalat Delisa" Karya Tere Liye. - Latar Waktu : Pagi, siang, malam, dini hari. - Suasana : Senang, sedih, haru. - Sudut Pandang : sudut pandang yang digunakan penulis dalam cerita ini yaitu sudut pandang orang ketiga. Hal ini dapat dibuktikan oleh penulis yang selalu menyebutkan nama tokoh yang terdapat dalam novel ini.
Ulasanatau resensi/review biasa dilakukan atas suatu karya disekitar sebagai umpan balik dari rasa kritis terhadap hal tersebut. Ulasan yang berbentuk teks disebut sebagai teks ulasan. Scene yang dahsyat dari film "Hafalan Shalat Delisa" jangan bandingkan dengan teknologi 3D film Amerika untuk mendeskripsikan tsunami tersebut-membuat
QWoon7. Delisa, seorang gadis kecil yang tinggal bersama Ibu dan kakak – kakaknya di Pantai Lok Nga, Aceh. Mereka hidup sederhana sedangkan abinya adalah seorang pekerja di kapal yang tidak setiap waktu ada dirumah. “Delisa cinta ummi karena Allah”. Begitu ucap Delisa ketika usai shalat berjamaah bersama kakak – kakaknya. Esoknya ketika Delisa selesai mengaji, Delisa menghampiri Ustad dan mengatakan bahwa ia telah melakukan sesuatu yang telah diperintahkan ustad sebelumnya. “Jadi Delisa udah bilang ke Ummi kalo Delisa cinta sama Ummi karena Allah?”. Dan delisa menagih coklat yang pernah dijanjikan ustad. Film ini begitu mengingatkan kita bahwa banyak cara untuk memahamkan anak – anak agar mampu menghafal bacaan shalat juga memahaminya. Seperti suatu kali Delisa sedang menghafal di ayunan. Tak jauh dari situ, kedua kakaknya yang memang kembar yaitu Aisa dan Zahra tengah bermain congklak. Maka delisa berkali – kali mengulang kalimat “wanusuki – wamamati – wamayaya”. Kemudian mengucap kembali ketika dirasa tidak yakin “wanusuki – wama.. – wama.. “ Maka aisa yang sesekali tampak senewen pada adik kecilnya itu pun menggangu konsentrasi Delisa. “Mana ada mati dulu baru yaya.” Disini begitu ditampakkan bahwa anak kecil pun dapat diajarkan membaca bacaan doa atau yang menggunakan bahasa arab sekalipun sambil diberitahukan artinya. Maka mereka akan lebih mudah mengingatnya. Begitu trenyuh ketika Delisa tersadar dari pingsannya yang lama. Kemudian ia bangun dan melihat kakinya yang telah buntung sebelah. Lantas apa yang dikatakannya,” Mungkin kaki Delisa kebawa air ya?” Sofie, dokter yang merawatnya pun sungguh takjub akan sikap anak kecil itu. Mengharukan ketika ayah Umam datang berlari mendekati Umam yang sedang bermain bersama Dlisa, dan mengatakan bahwa umi telah ditemukan. Delisa pun berteriak “Abi, abi, umi sudah ketemu.” Dan dengan perasaan sangat tidak enak, ayah Umam pun mengatakan bahwa yang telah ditemukan adalah uminya Umam bukan umminya Delisa. Maka marah – lah ia kepadaNya. Namun, sesuai dengan karakter anak kecil yang polos, ia tak menyimpan dendam dengan siapapun juga kepadaNya yang tak kunjung mengembalikan umi Delisa. Ia tetap belajar dan terus mengahafal bacaan shalat. Tidak lagi untuk mendapatkan kalung. Ia hanya ingin dapat mendoakan saudara – saudaranya yang telah pergi. Keluarga sederhana ini begitu menyenangkan. Ummi yang begitu penyayang. Sosoknya yang juga mampu menjadi pengganti Abi selagi suaminya pergi bekerja. Begitu tulus, lembut. Dan sangat mengesankan ketika ummi menenangkan Aisa yang sempat iri kepada Delisa karena akan dibelikan sepeda jika ia telah hafal bacaan shalat. Abi seorang pria yang begitu penyayang. Menjaga delisa sepenuh hati ketika tak ada satupun anggota keluarganya yang tersisa. Film ini pun sangat menyegarkan karena diperankan oleh para insan perfilman yang memang masih tergolong muda. Delisa diperankan oleh Chantiq Shagerl, Ummi diperankan Nirina Zubir sedangkan Abi diperankan oleh Reza Rahadian. Jika tak ingin membuang uang percuma untuk sekedar menonton bioskop, film ini cukup direkomendasikan sebab banyak petualangan spiritual yang diberikan. Sukses untuk film Indonesia. Amin. 🙂
Judul Hafalan Shalat Delisa Genre Drama Sutradara Sony Gaokasak Pemeran 1. Nirina Zubir Ummi 2. Reza Rahadian Abi Usman 3. Chantiq Schagerl Delisa 4. Ghina Salsabila Fatimah 5. Reska Tania Apriadi Aisyah 6. Riska Tania Apriadi Zahra 7. Mike Lewis Prajurit Smith 8. Al Fathir Muchtar 9. Loide Christina Teixeira Isi / Sinopsis Film Hafalan Shalat Delisa adalah sebuah karya film yang mengangkat kisah nyata, yaitu kisah bencana Tsunami di Aceh. Film ini mengisahkan mengenai sebuah desa bernama Lhok yang didekat pesisir pantai aceh, hidup seorang anak kecil bernama Delisa dan dengan mempunyai kakak dan adik bernama Fatimah, Aisyah, Zahra. Terdapat sebuah sekolah dalam desa tersebut yang memperkenalkan sebuah ilmu agama kepada anak murid-murid desa Lhok tersebut. Delisa seorang anak yang pandai dan rajin dalam sekolah yang diutamakan adalah belajar Shalat dan menghapal bacaan-bacaannya. Ummi selalu memberikan motivasi dan semangat kepada anak-anaknya dengan cara memberikan sebuah hadiah jika berhasil menghapal hafalan yang diajarkan disekolah. Delisa selalu mendapat semangat dari Ummi agar hafalan shalat nya bagus dan khusu dalam saat ujian. Ummi berjanji akan memberikan sebuah kalung yang berinisial huruf “D” yang berati nama Delisa. Kalung tersebut akan diberikan kepada Delisa jika ia sudah selesai menjalankan tugasnya dan mendapat kelulusannya dalam ujian praktek di sekolahnya. Hari dimana Delisa menghadapi ujian tes shalat di sekolah pun tiba, sudah berkumpul banyak teman-teman, diawali dengan teman sekelas Delisa yaitu Tiur yang terlebih dahulu diuji dalam tes hafalan shalat dan ia pun lancar dan berhasil dalam tes tersebut. Selanjutnya giliran Delisa yang dites shalat di depan guru, teman-teman, dan Ummi yang melihat tes ujian tersebut. Delisa pun sangat khusu dan konsentrasi dalam mengucapkan Takbir yang pertama, beberapa saat Delisa sedang mengucapkan takbir tiba-tiba terjadi sebuah gempa cukup besar yag disertai dengan tsunami, ia tidak menghiraukan adanya gempa dan tsunami tersbut karena saking khusu ia melakukan tes shalat tersebut. Dengan mukjizat yang diberikan oleh Allah Swt, Delisa pun terombang-ambing yang diakibatkan oleh gempa dan tsunami itu, namun Delisa masih hidup yang telah ditemukan terdampar diatas sebuah batu karang, saat ditemukan Delisa terlihat kesakitan kaki kanannya, lalu ia langsung dibawa ke rumah sakit yang menjadi tempat bantuan bencana, saat itu Delisa pun harus diamputasi kakinya. Abbi Usman pun bingung pada saat bencana terjadi ia sedang bekerja berlayar, saat itu Abbi bingung karena kemana ia harus mencara anak-anak dan istrinya Ummi, hari demi hari Abbi mencari keluarganya dan ternyata ia hanya menamukan Delisa yang masih hidup yang dirawat di rumah sakit. Setelah kondisi Delisa berangsur membaik, Abbi pun membawa Delisa pulang ke rumahnya, namun saying sekali rumah yang ditinggali keluarganya itu hancur lebur akibat gempa dan tsunami yang terjadi. Abbi Usman berusaha keras untuk mengembalikan rumah yang ditinggali keluarganya itu dengan mencoba membangun rumah itu kembali. Kelebihan film Hafalan Shalat Delisa Kelebihan film ini adalah pesan yang disampaikan dalam isi cerita film ini mampu sampai kepada audiens yang menontonya, yaitu bagaimana mengajarkan kita sebagai umat manusia yang harus belajar ikhlas dalam menjalankan kehidupan, harus belajar tegar dalam menjalankan hidup sekalipun sedang mendapat cobaan dan bencana dari Allah SWT. Karena apapun yang diberikan Allah SWT kepada kita sebagai umat manusia itu pasti ada maksud dan tujuan yang terbaik. Kekurangan film Hafalan Shalat Delisa Kekurangan film ini adalah kurangnya memperlihatkan budaya di Aceh nya itu sendiri seperti bahasa dan adat-adat lainnya, karena film ini merupakan film yang asli menceritakan kenyataan keadan di Aceh itu sendiri.
Novel Hafalan Shalat Delisa sampai bulan Januari, 2008 sudah memasuki cetakan ke VI. mengambil setting tempat di salah satu daerah korban bencana tsunami Aceh yaitu Lhok Nga. Mengisahkan tentang seorang gadis berusia 6 tahun yang berusaha menghafal bacaan shalat pada saat sebelum terjadinya tsunami. Banyak kejadian menarik namun penuh makna dan pelajaran hidup yang dapat kita petik dalam setiap cerita dalam novel Shalat DelisaPengarangTere LiyeTebal Bukuv + 248 halamanPenerbitRepublikaCetakanVI, Januari 2008Sinopsis Novel Hafalan Shalat DelisaNovel ini menceritakan seorang anak perempuan berumur enam tahun yang bernama Delisa. Delisa adalah seorang anak yang lugu, polos, dan suka bertanya. Ia anak bungsu dari empat bersaudara dalam keluarganya, kakak-kakaknya bernama Cut Fatimah, Cut Zahra, dan Cut Aisyah. Mereka berdomisili di Aceh, tepatnya di Lhok Nga. Abinya bernama Usman dan uminya bernama mendapatkan tugas dari Ibu Guru Nur, yakni tugas menghafal bacaan sholat yang akan disetorkan pada hari minggu tanggal 26 Desember 2004. Motivasi dari Ummi yang berjanji akan memberikan hadiah jika ia berhasil menghafalkan bacaan sholat membuat semangat Delisa untuk telah menyiapkan hadiah kalung emas dua gram berliontin D untuk Delisa, sedangkan Abi akan membelikan sepeda untuk hafalan sholatnya jikalau lulus. Pagi itu hari minggu tanggal 24 Desember 2004, Delisa mempraktikkan hafalan sholatnya di depan Gempa bumi berkekuatan 8,9 SR yang disertai tsunami melanda bumi Aceh. Seketika keadaan berubah. Ketakutan dan kecemasan menerpa setiap jiwa saat itu. Namun, Delisa tetap melanjutkan hafalan sholatnya. Ketika hendak sujud yang pertama, air itu telah menghanyutkan semua yang ada, menghempaskan Delisa belum sempurna. Delisa kehilangan Ummi dan kakak-kakaknya. Enam hari Delisa tergolek antara sadar dan tidak. Ketika tubuhnya ditemukan oleh prajurit Smith yang kemudian menjadi mu’alaf dan berganti nama menjadi prajurit Salam. Bahkan pancaran cahaya Delisa telah mampu memberikan hidayah pada Smith untuk bermu’ waktu lamanya Delisa tidak sadarkan diri, keadaannya tidak kunjung membaik juga tidak sebaliknya. Sampai ketika seorang ibu yang di rawat sebelahnya melakukan sholat tahajud, pada bacaan sholat dimana hari itu hafalan shalat Delisa terputus, kesadaran dan kesehatan Delisa Delisa harus diamputasi. Delisa menerima tanpa mengeluh. Luka jahitan dan lebam disekujur tubuhnya tidak membuatnya berputus asa. Bahkan kondisi ini telah membawa ke pertemuan dengan Abinya. Pertemuan yang mengharukan. Abi tidak menyangka Delisa lebih kuat menerima semuanya. Menerima takdir yang telah digariskan oleh bulan setelah kejadian tsunami yang melanda Lhok Nga, Delisa sudah bisa menerima keadaan itu. Ia memulai kembali kehidupan dari awal bersama abinya. Hidup di barak pengungsian yang didirikan sukarelawan lokal maupun dengan orang-orang yang senasib, mereka korban tsunami yang kehilangan keluarga, sahabat, teman dan orang-orang terdekat. Beberapa bulan kemudian, Delisa mulai masuk sekolah kembali. Sekolah yang dibuka oleh tenaga sukarelawan. Delisa ingin menghafal bacaan tetapi susah, tampak lebih rumit dari sebelumnya. Delisa benar-benar lupa, tidak bisa mengingatnya. Lupa juga akan kalung berliontin D untuk delisa, lupa akan sepeda yang di janjikan abi. Delisa hanya ingin menghafal bacaan dari novel ini, Delisa mendapatkan kembali hafalan sholatnya. Sebelumnya malam itu Delisa bermimpi bertemu dengan umminya, yang menunjukkan kalung itu dan permintaan untuk menyelesaikan tugas menghafal bacaan sholatnya. Kekuatan itu telah membawa Delisa pada kemudahan mampu melakukan Sholat Asharnya dengan sempurna untuk pertama kalinya, tanpa ada yang terlupa dan terbalik. Hafalan sholat karena Allah, bukan karena sebatang coklat, sebuah kalung, ataupun ketika, Delisa sedang mencuci tangan di tepian sungai, Delisa melihat ada pantulan cahaya matahari sore dari sebuah benda, cahaya itu menarik perhatian Delisa untuk mendekat. Delisa menemukan kalung D untuk Delisa dalam genggaman tangan manusia yang sudah tinggal tulang. Tangan manusia yang sudah tinggal tulang itu tidak lain adalah milik Ummi Delisa. Delisa sangat Juga Contoh resensi novel ayat ayat cintaUnsur Intrinsik Novel Hafalan Shalat DelisaA. Tokoh dan PenokohanDelisa Pemalas, manja, baik, dan suka memberi“Kak Fatimah ganggu saja… Delisa masih ngantuk!” Delisa bandel menarik bantak. Ditaruh di atas kepala. Malas mendengar suara tertawa Kak Salammah Baik, sabar, dan bijaksana“Tetapi doanya tetap nggak seperti itu kan, Delisa….” Ibu menambahkan. “Kamu kan dikasih tahu artinya oleh Ustadz Rahman… Nah kamu boleh baca seperti artinya itu… Itu lebih pas… Atau kalau Delisa mau lebih afdal lagi, ya pakai bahasa arabnya! Entar bangunnya insyaAllah nggak susah lagi… Ada malaikat yang membangunkan Baik dan perhatian “Delisa bangun, sayang…. Shubuh!” Fatimah, sulung berumur lima belas tahun membelai lembut pipi Delisa. Tersenyum Usil, iri hati, dan baik Delisa menggeliat. Geli. Cut Aisyah nakal menusuk hidungnya dengan bulu ayam penunjuk batas tadarus. Zahra Pendiam dan baik Abi Usman Baik dan saba Umam Jahil, usil, nakal, dan pemurung Tiur Baik dan pengertian Pak Cik Acan Baik, suka menolong dan suka memberi Shopie Baik dan penyayang serta pengertian Smith Adam Baik,penyayang dan suka menolong Ustadz Rahman Tawakkal, sabar, pengertian, dan baik hatiB. LatarLatar Tempat Desa kecil bernama Lhok-Nga pesisir pantai tinggal di komplek perumahan sederhana. Dekat sekali dengan pantai. Lhok Nga memang tepat di tubir pantai. Pantai yang indah. Rumah mereka paling berjarak empat ratus meter dari pantai. Komplek itu seperti perumahan di seluruh kota Lhok Nga, religius dan Waktu Pada saat Delisa menjalani test hafalan itu, Sabtu 25 Desember 2003. Sehari sebelum badai tsunami menghancurkan pesisir Lhok Nga. Sebelum alam kejam sekali merenggut semua kebahagiaan Suasana Suasana saat akan terjadi Gempa sangat tragis, seluruh orang pergi berhamburan mencari tempat yang itu menyentuh tembok sekolah. Beberapa detik sebelumnya terdengar suara bergemuruh. Juga teriakan-teriakan ketakutan orang di luar. Delisa tidak melihat betapa menggentarkan sapuan gelombang raksasa itu. Delisa mendengar suara mengerikan itu. Tetapi Delisa sedang khusuk. Delisa ingin menyelesaikan hafalan shalatnya dengan baik. Ya Allah Delisa ingin berpikiran satu. Maka ia tidak bergeming dari AlurMaju – mundur – maju campuranAlur dari cerita ini yaitu maju, mundur, maju campuran karena pada novel ini digambarkan bahwa Delisa mengenang masa-masa saat sebelum keluarganya meninggal karena bencana Tsunami.“Ummi? Delisa tiba-tiba ingat Ummi. Ya Allah dimana Ummi. Kepala Delisa berputar mencari. Di mana pula Kak Fatimah? Kak Zahra? Kak Aisyah? Di mana mereka? “Pelan kenangan itu kembali. Lambat Delisa mengingat kejadian enam hari lalu. Delisa sama sekali tidak pernah tahu, hamper seminggu ia sudah terjerambab di atas semak-belukar tersebut. Sekolah! Ia di sekolah pagi hari itu. Ia bukankah sedang menghadap Ibu Guru Nur menghafal bacaan Tema dan Amanat Hafalan Shalat DelisaTeruslah Bersyukur dengan apa yang telah di berikan Oleh Allah pernah putus asa dan tetap semangatlah menjalani hidup Keluargamu seperti mereka Sudut PandangOrang ketiga serba Juga Sinopsis novel raditya dika cinta brontosaurusKeunggulan NovelBuku ini disajikan dengan bahasa yang jalan ceritanya yang sama dengan peristiwa di kejadian nyata, memungkinkan pembaca untuk berimajinasi lebih jauh tentang cerita dari novel itu yang universal sehingga dapat diterima oleh semua terkandung amanat-amanat dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang islami dan penuh kasih dengan footnote yang berisi tentang pelajaran yang dapat diambil pembaca dari cerita yang sedang terjadi pada novel NovelMasih ada kata-kata yang kurang dapat dimengerti oleh sebagian kalangan, seperti ayat-ayat suci Al-quran, bahasa daerah, dan Juga Sinopsis novel 3600 detik dan unsur intrinsiknya
Uploaded byMerisa Enjhira 67% found this document useful 3 votes5K views7 pagesDescriptionBy MERISA ENJHIRACopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document67% found this document useful 3 votes5K views7 pagesResensi Novel Dan Film Hapalan Shalat DelisaUploaded byMerisa Enjhira DescriptionBy MERISA ENJHIRAFull descriptionJump to Page You are on page 1of 7Search inside document You're Reading a Free Preview Pages 4 to 6 are not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Data / Identitas Film Judul Film Hafalan Shalat Delisa Sutradara Sony Gaokasak Penulis Naskah Armantono, Tere Liye Produser Chand Parwez Servia Pemeran Delisa Chantiq Schagerl Abi Usman Reza Rahadian Ummi Nirina Zubir Fatimah Ghina Salsabila Aisyah Reska Tania Apriadi Zahra Riska Tania Apriadi7 Prajurit smith Mike Lewis Al Fathir Muchtar Looide Christina teixeira Music Rafly_lagu Ibu Genre Drama Sinematografi Bambang Supriadi Penyunting Cesa David Luckmansyah, Ryan Purwoko Studio PT KHARISMA STARVISION PLUS Distributor Kharisma StarVision Plus Tanggal Rilis 22 Desember 2011 Durasi 150 menit Negara Indonesia Bahasa Indonesia Produksi Kharisma Starvision Plus 2011 Pembukaan Hafalan Shalat Delisa merupakan film drama Indonesia yang dirilis pada 22 Desember 2011 yang disutradarai oleh Sony Gaokasak serta dibintangi oleh Nirina Zubir danReza Rahadian. Film ini diangkat dari novel laris karya Tere Liye dengan judul yang sama. Seluruh pengambilan adegan film ini dibuat di Aceh. Isi Hafalan shalat Delisa menceritakan tentang seorang anak kecil bernama Delisa yang tinggal di sebuah desa kecil, didekat pinggiran pantai aceh. Gadis periang dan baik hati. Delisa yang sudah sedari kecil sering ditinggal sang abi berlayar dan hanya ditemani ummi dan ketiga kakaknya, namun delisa tidak pernah merasa sedih bahkan dia mampu untuk bersikap dewasa. Delisa yang sedari kecil sudah diperkenalkan ilmu agama di sekolah maupun dirumah, namun untuk menghafal hafalan sholat masih harus sering dilakukannya untuk mengikuti ujian sholat di sekolahnya. Dari malam sampai tertidur delisa terus saja menghafal-hafalan sholatnya agar lebih bagus lagi dan lulus dalam ujiannya. Untuk memberi semangat kepada delisa agar hafalan sholatnya bagus dan bisa dengan khu’su dalam ujian nanti dan seterusnya, ummi delisa menghadiahkan sebuah kalung dengan bandul berhurufkan inisial D yang artinya delisa yang nanti akan diberikan kepadanya ketika delisa sudah selesai menjalankan tugasnya dan mendapat kelulusannya dalam ujian praktek sholat. Di pagi harinya, dalam keadaan siap dan senang karna ingin mendapatkan hadiah kalung yg dipilihnya sendiri sewaktu beli di toko mas. Delisa siap untuk mengikuti ujian praktek sholat di sekolahnya. Awalnya sang ummi tidak ingin membawa kalung ke sekolah karna takut hilang, namun delisa memaksanya dan menarik ummi untuk kembali kerumah dan membawa kalung tersebut. Sesampainya di sekolah, dan pada saat delisa maju dan sedang sholat, pada saat itulah tsunami terjadi dan menggulung semua orang yang berada di daerah tersebut, beserta dengan rumah, ternak dan lain-lainnya. Delisa terlempar jauh dan berpisah dengan ketiga kakaknya dan umminya. Setelah beberapa hari dan banyaknya tim pencarian, delisa ditemukan dan diselamatkan oleh relawan yang membawanya ke rumah sakit tempat para korban di rawat. Pada saat itu pula abi delisa mencarinya setelah mendapatkan kabar dari teman pelayarnya. Abi menemukan delisa dalam keadaan kaki sebelah kananya diamputasi akibat terjepit potongan-potongan kayu. Namun, walaupun dalam keadaan kehilangan sebelah kaki kanannya, kehilangan ke tiga kakanya dan ummi yang sangat delisa cintai, beserta teman-teman dekat delisa, delisa tetap berusaha tegar dan tidak mau putus asa. Walaupun dalam keadaan tersebut delisa mampu menyelesaikan praktek sholatnya dan lulus dalam prakteknya. Delisa, gadis kecil yang periang membawa kebahagiaan pada semua warga aceh yang sedang dilanda musibah bencana alam. Kemudian Delisa Mencoba Untuk berjuang menjalani hidup, dengan keadaan senang tanpa adanya kesedihan karena dia kehilangan salahsatu kakinya, delisa tetap senang, riang, dan masih bisa bermain dengan teman-teman di sekelilingnya, delisa juga suka menghibur temannya yang sedang kesedihan, apabila Delisa Kangen dengan ibunya delisa selalu menyanyikan Lagu ini Lembut kukenang, kasihmu ibudi dalam hati ku kini menanggung rindukau tabur kasih seumur masabergetar syahdu, ooh di dalam nadiku9 bulan ku dalam rahimmubersusah payah, oh ibu jaga dirikusakit dan lelah tak kau hiraukandemi diriku, oh ibu buah hatimutiada ku mampu, membalas jasamuhanyalah do'a oh di setiap waktuoh ibu tak henti kuharapkan do'amu 2xmengalir di setiap nafasku 2xibuuuuuuuuuuuuuu........... 3xLembut kukenang, kasihmu ibudi dalam hati ku kini menanggung rinduengkau tabur kasih seumur masabergetar syahdu oh di dalam nadikuindah bercanda denganmu ibudi dalam hati ku kini slalu merindusakit dan lelah tak kau hiraukandemi diriku, oh ibu buah hatimutiada ku mampu, membalas jasamuhanyalah doa oh di setiap waktuoh ibu tak henti kuharapkan doamu 2xmengalir di setiap nafasku 2xibuuuuuuuuuu........ 3x Lagu ini Sering di nyanyikan oleh Delisa dan ibunya, sehingga apabila delisa teringat atau kangen dengan ibunya yang telah meninggal dunia, Delisa menyanyikan lagu tersebut. Kekurangan & Kelebihan KEKURANGAN Dalam film HAFALAN SHOLAT DELISA ini, kekurangannya mungkin terlihat pada saat adegan delisa mendapatkan kalung ditangan umminya yang ditemukannya di pingir pantai. Sedikit membingungkan disitu, apakah delisa mendapatkan kalungnya beneran atau hanya mimpi, atau hanya khayalan delisa saja. Kekurangannya lagi berada pada bahasa, pada film ini bahasa khas acehnya kurang dimunculkan, bahkan ke banyakan bahasa Indonesia dan sedikit dibubuhi bahasa inggris. KELEBIHANNYA Kelebihan dari film ini adalah film ini mampu menyampaikan pesan-pesan kepada para penontonnya untuk dapat tetap tegar dan semangat walau dalam keadaan yang benar-benar terpuruk dan memprihatinkan. Memberikan pesan untuk mampu bersikap ikhlas dalam menghadapi cobaan. MASUKAN Lebih dilihatkan lagi setelah kejadian tsunami tersebut dan Pada saat tsunami terjadi diputarkan Vidio asli saat terjadinya Tsunami
resensi film hafalan shalat delisa